Indah bukan masa-masa kita diwaktu kecil ? masa masa dimana kita sangat Bahagia… tidak seperti sekarang yang mungkin terbebani cicilan dan lainnya. Sewaktu kecil kita mempunyai sebuah mainan yang sangat kita cintai, apabila mainan tersebut hilang,rusak, kita sangat sedih sekali bukan ? atau Ketika kita saling berebut mainan dengan Kakak dan Adik kita yang mungkin membuat kita jengkel.
SYARAH AQIDAH SALAF WA ASHABUL HADITS (2) PERNYATAAN KEESAAN ALLAH & KERASULAN RASULULLAH صلى الله عليه وسلم
Bahwa
Ashabul Hadits, semoga Allah menjaga mereka yang masih hidup dan merahmati
mereka yang sudah meninggal,
·
Seluruhnya mempersaksikan
untuk Allah dengan Keesannya dan Mempersaksikan Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam
dengan Risalah dengan Kerasulan serta Nubuwah, Kenabian.
·
Dan mereka (ahlul hadits)
mengenali Rabb mereka dengan Sifat sifatnya yang Allah terangkan dalam Al-Quran
atau Apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam. Sesuai dengan
yang disebut dalam hadits-hadits yang Shahih. Karena Nabi menerima wahyu , nabi
tidak berbicara sesuai hawa nafsunya Allah
ta’ala berfirman
,وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا
وَحْيٌ يُوحَى
“Dan dia tidaklah berbicara dari dorongan
hawa nafsunya, akan tetapi ucapannya tiada lain adalah wahyu yang disampaikan
kepadanya.” (QS. An Najm: 3-4)
·
Maka Ahlus sunnah
menetapkan untuk Allah apa yang Allah tetapkan untuk dirinya, Dan menetapkan
sesuai dengan Lisan Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam, Tetapi Jangan Meyakini
atau Menganggap Sama Sifat Allah dengan Makhluk karena tidak serupa sifat Allah
dengan Makhluknya.
·
Seperti Allah Menjelaskan
Allah Menciptakan Adam dengan Kedua Tangannya namun kita meyakini Bahwasannya
Tangan Allah Tidak Sama / Tidak Serupa Dengan Makhluk
Allah
Ta’ala berfirman :
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ
لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu
sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” ( Shaad: 75)
·
Ahlus Sunnah juga tidak
merubah Kalimat dari Tempatnya / tidak Mentahrif. Seperti Merubah Kalimat Kedua
tangan Allah menjadi Kedua Nikmat Allah atau dengan Kedua Kekuatan Allah. Ini Tahrif
Bathil Al Mu’tazilah.
·
Tahrif dibagi Menjadi 2 :
-Tahrif Lafadz : Merubah Kalimat/Lahfadz
-Tahrif Maknawi :Kalimat / Lafadznya
Tetap namun Maknanya yang dirubah
Kalimat Tahrif ini lebih tepat
dibandingkan Kalimat Ta’wil. Karna Ta’wil arti yang lebih tepat yaitu Tafsir
sebagaimana dalam Doa Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam untuk Ibnu Abbas.
عَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ
“Ya Allah, buatlah dia menjadi faqih di dalam agama ini, dan ajarilah dia ilmu ta’wil (ilmu tafsir al-Qur’an).”
Tetapi Mereka penyeru kesesatan Menggunakan Kalimat Ta’wil padahal yang mereka
lakukan Merubah Kalimat sebagai mana Ta’wil orang yahudi yang Allah jelaskan.
·
Contoh sekte sesat yang
melakukan Tahrif Lafadz Al-Quran atau merubah kalimatnya yaitu SYIAH ROFIDHOH
dan Sebagian Kelompok Mu’tazilah yang menganggap Allah tidak mungkin
berbicara.
·
Mereka Ahlus sunnah tidak
merubah kalimat seperti Kelompok Al Mu’tazilah
·
Siapa Kelompok Mu’tazilah
? Kelompok ini berasal yang awalnya Bernama
Washil bin Atho’ yang pada awalnya murid dari Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah,
tetapi Ketika berbicara masalah tentang iman apakah seseorang yang fasiq pelaku dosa besar itu
Mukmin atau tidak Mukmin, maka Al hasan al bashri menjelaskan sesuai dengan
Keyakinan Ahlus sunnah bahwasannya orang tersebut Mukmin namun Imannya
berkurang, namun washil bin atho menentang, dia beranggapan orang itu tidak
beriman namun tidak juga seorang kafir (manzilah bayna manzilatain atau diantara Dua keadaan). Ketika ditanya bagaimana dengan
Akhiratnya, Washil bin Atho’ mengganggap orang tersebut kekal dineraka (Dikafirkan).
Maka Imam Hasan Al bashri pun mengusirnya, Mentahdzirnya. Semua orang lari dari
dia kecuali sahabatnya Amr bin Ubaid, cuman Berdua saja dan mulai berkembang-berkembang
dan semakin banyak orang yang terpengaruh dengan pahamnya. Itu adalah kisah
awal muncul Al mu’tazilah, Adapun mu’tazilah sendiri artinya orang yang Dikucilkan
/ berbeda sendiri sebagaimana dengan orang-orang Qodariyyah.
·
Pemahaman Mu’tazilah pada
Prinsipnya yaitu:
1.
Menolak sifat-sifat Allah (biasa mereka dengan
menamakan mengajarkan Tauhid)
2.
Golongan Mu’tazilah yaitu
golongan yang mengutamakan Akal diatas Nash-nash Al-Quran dan Sunnah, Sifat
Allah yang tidak sesuai dengan Akal mereka, maka harus Ditakwilkan/di Tahrif
diganti dengan apa yang cocok dengan Akal mereka.
3.
Mereka juga mengatakan
bahwa manusia menciptakan perbuatan mereka sendiri tidak ditakdirkan sebagaimana
pemahaman Qodariyyah (dengan Alasan kita harus meyakini Keadilan Allah
subhanahu wata’ala)
4.
Prinsip Mu’tazilah
meyakini bahwa Al-Quran itu Makhluk. Mengapa mereka mengatakan Al-Quran itu
Makhluk ? Jawabannya ialah Berkaitan dengan pembahasan sifat tadi, yaitu mereka
tidak meyakini Allah bersifat Kalam / Allah berbicara maka dari itu mereka
mengatakan “Allah menciptakan pembicaraan” yang berarti Al-Quran itu Makhluk,
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, Subhanallah maha suci Allah dari apa yang
mereka katakan.
5.
Mu’tazilah menerima Sebagian
sifat namun Menolak Sebagian Sifat Allah
6.
Mu’tazilah juga meyakini
bahwa Allah tidak akan dilihat pada yaumul qiyamah
·
Para Ulama Ahlussunnah
Sepakat / Ijma’ bahwa Al-Quran adalah Kalamullah bukan Makhluk.
·
Pemahaman Ahlussunnah
yaitu tidak merubah kalimat-kalimat seperti Mu’tazilah dan Jahmiyah.
·
Apa itu Jahmiyah ?
Sekte yang tidak kalah sesatnya dengan Al Mu’tazilah
Jahmiyah dinisbatkan kepada Jahm
bin Shafwan dari daerah Tirmidzi. Seorang yang Jahil murakkab., seorang
yang Bodoh kuadrat. Dialah yang “mengatakan bahwa Allah ada disetiap sesuatu
dan Allah Bersama setiap sesuatu”. Muncul lah pemikiran sesat baru dari
pemahaman sesat Jahm bin Shafwan yaitu pemahaman Wihdatul Wujud. Akhir
dari kehidupannya dia Dibunuh oleh Khilafah di akhir-akhir Bani Umayyah.
·
Ada persamaan antara Mu’tazilah
dan Jahmiyah, Hanya saja Jahmiyah lebih Ekstrim
Pemahaman Jahmiyah yaitu mereka
Menolak Seluruh Sifat Allah. Bahkan orang Arab Badui
berani mengatakan dalam Syairnya disaat disaksikan oleh majelis-majelisnya Jahm
bin Shafwan.
“Ketahuilah
Jahm Kafir, Jelek, Sangat jelas Kekafirannya, siapa saja yang mengatakan dengan
apa yang dikatakan Jahm maka dia Kafir, sungguh jahm sudah gila, Ketika berkata
Rabbnya alim tanpa ilmu, apakah kau ridho wahai jahm kalau orang berkata
kepadamu kalau bapakmu dikatakan Berwibawa tanpa Kewibawaan. Mau kamu bapakmu
dikatakan seperti itu ??”
·
Maka Ahlussunnah
memperingatkan agar Jangan mentakwil seperti yang dilakukan Mu’tazilah,
Qodariyyah, dan Jahmiyyah, dan Penulis mendoakan semoga Mereka dibinasakan
·
Juga Ahlussunnah
memperingatkan agar tidak menggambarkan atau memikirkan seperti bertanya bagaimana
tangan Allah ? kaya apa ? karna memang tidak ada yang tahu.
·
Insyaa Allah dengan
mentauhidkannya dan beramal Shalih kita akan bertemu dengan Allah subhanahu
wata’ala, Aamiin.
Semoga
Allah membalas kebaikan kepada para Asatidz yang sudah memberikan faidah-faidah
luarbiasa.
Apabila
ada kekurangan dari tulisan penulis, semata-mata itu kesalahan penulis.
Allah
azza Wa jalla terbebas dari kesalahan tersebut,
Semoga
bermanfaat buat kami dan sebagai tambahan Amal, dan Pembaca sebagai tambahan
Ilmu dan Amal.
Semoga
Penulis diberikan ke Istiqomahan dalam membuat Faidah-faidah dari Kajian
Wabillahi
taufiq
Muhamad Nauval Wicaksono
Purbalingga
, 11 Ramadhan 1441 H / 03 Mei 2020